Archive | Februari 3, 2012

[NEWS] 120203 BEAST Tops Various Music Charts Once Again with Junhyung’s “Living Without You”

Following its predecessor, “I Knew It” which was released last week, BEAST’s Junhyung newest single “Living Without You” has secured another top spot on various music charts in Korea.

“Living Without You” topped various online music charts immediately after its release last night and currently still holds the top spot on Mnet, Bugs and Soribada. The song is also said to be a sequel to BEAST’s “I Knew It.” Congrats Junhyung!

BEAST will kick-off their world tour concert in Seoul tomorrow and perform their 2 newest singles for the first time

source : allkpop, koreaboo ; summarized by harlequinn@alwaysbeast.net

Fenomena Blackhole

”Maka Aku bersumpah dengan tempat beredarnya bintang-bintang. Sesungguhnya sumpah itu adalah sumpah yang besar kalau kamu mengetahui.” (QS Al Waaqi’ah [56]: 75-76).

Abad ke-20 banyak sekali penemuan baru tentang peristiwa alam di ruang angkasa. Salah satunya, yang belum lama ditemukan, adalah Black Hole (lubang hitam). Ini terbentuk ketika sebuah bintang yang telah menghabiskan seluruh bahan bakarnya ambruk hancur ke dalam dirinya sendiri, dan akhirnya berubah menjadi sebuah lubang hitam dengan kerapatan tak hingga dan volume nol serta medan magnet yang amat kuat.

Kita tidak mampu melihat Black Hole dengan teropong terkuat sekalipun, sebab tarikan gravitasi lubang hitam tersebut sedemikian kuatnya. Sebelumnya para astronom sudah melihat bagaimana Black Hole menyedot gas yang beterbangan di sekitarnya, lalu memanaskan gas tersebut sehingga memancarkan radiasi dalam berbagai panjang gelombang, mulai dari gelombang radio hingga gelombang cahaya tampak dan sinar-X.

Mereka juga memperkirakan bahwa sebuah bintang sekalipun bisa terkoyak karena daya tarik gravitasi sebuah Black Hole. Bukti terbaru memotret fenomena ini. Berdasarkan pengamatan dari tiga teleskop ruang angkasa sinar-X selama lebih dari satu dekade, para astronom melihat sebuah bintang yang terlempar mendekati pusat sebuah galaksi akibat kedekatan posisinya dengan bintang lain. Dalam perjalanannya menempuh jalur tersebut, ia mendekati sebuah Black Hole raksasa yang massanya setara dengan 100 juta kali massa Matahari, lalu tersedot ke dalam lubang hitam itu.

“Bintang itu sesungguhnya bisa selamat bila hanya terhisap sebagian, misalnya gasnya saja,” ujar Stefanie Komossa, astronom di Max Planck Institute for Extraterrestrial Physics, Jerman. “Namun dalam peristiwa ini ia terhisap seluruhnya.” Black Hole raksasa yang menyedotnya berada dekat pusat galaksi RX J1242-11. Jaraknya sekitar 700 juta tahun cahaya dari bumi. Sementara bintang yang dihisapnya seukuran matahari. Ia terkoyak-koyak dan terhisap selama beberapa hari.

Dalam Alquran surat Al Waaqi’ah, Allah mengarahkan perhatian pada masalah ini sebagaimana berikut, dengan bersumpah atas letak bintang-bintang:
”Maka Aku bersumpah dengan tempat beredarnya bintang-bintang. Sesungguhnya sumpah itu adalah sumpah yang besar kalau kamu mengetahui.” (QS Al Waaqi’ah [56]: 75-76). Istilah Black Hole pertama kali digunakan tahun 1969 oleh fisikawan Amerika John Wheeler. Awalnya, kita beranggapan bahwa kita dapat melihat semua bintang. Akan tetapi, belakangan diketahui bahwa ada bintang-bintang di ruang angkasa yang cahayanya tidak dapat kita lihat. Sebab, cahaya bintang-bintang yang runtuh ini lenyap.

Cahaya tidak dapat meloloskan diri dari sebuah lubang hitam disebabkan lubang ini merupakan massa berkerapatan tinggi di dalam sebuah ruang yang kecil. Gravitasi raksasanya bahkan mampu menangkap partikel-partikel tercepat, seperti foton (partikel cahaya). Misalnya, tahap akhir dari sebuah bintang biasa, yang berukuran tiga kali massa Matahari, berakhir setelah nyala apinya padam dan mengalami keruntuhannya sebagai sebuah lubang hitam bergaris tengah ‘hanya’ 20 kilometer.

Black Hole yang terbentuk itu berwarna hitam, yang berarti tertutup dari pengamatan langsung. Namun demikian, keberadaan lubang hitam ini diketahui secara tidak langsung, melalui daya hisap raksasa gaya gravitasinya terhadap benda-benda langit lainnya. Selain gambaran tentang Hari Perhitungan, ayat di bawah ini mungkin juga merujuk pada penemuan ilmiah tentang Black Hole ini: ”Maka apabila bintang-bintang telah dihapuskan.” (QS Al Mursalaat [77]:

Selain itu, bintang-bintang bermassa besar juga menyebabkan terbentuknya lekukan-lekukan yang dapat ditemukan di ruang angkasa. Namun, Black Hole tidak hanya menimbulkan lekukan-lekukan di ruang angkasa tapi juga membuat lubang di dalamnya. Itulah mengapa bintang-bintang runtuh ini dikenal sebagai lubang hitam. Kenyataan ini mungkin dipaparkan di dalam ayat tentang bintang-bintang, dan ini adalah satu bahasan penting lain yang menunjukkan bahwa Al Qur’an adalah firman Allah: ”Demi langit dan Ath Thaariq, tahukah kamu apakah Ath Thaariq? (yaitu) bintang yang cahayanya menembus.” (QS. At Thaariq, 86: 1-3). Wallahu a’lam bishshawab.

Source: http://blog.umy.ac.id/ariandyarwin/2011/12/03/fenomena-black-hole/

Lontaran Badai Matahari

Jakarta – Badai matahari yang terjadi Senin (24/1) pukul 10.59 WIB,  merupakan tergolong cukup kuat berupa ledakan flare berskala M8-9. Flare yang cukup kuat ini yang pertama kali terjadi sejak Mei 2005.

Flare ini juga diikuti oleh CME (Coronal Mass Ejection), lontaran massa dari korona matahari, terutama proton dengan kecepatan tinggi 1400 km/detik.

“Jadi lontarannya kira-kira menjangkau jarak sepanjang Pulau Jawa hanya dalam waktu satu detik,” jelas profesor astronomi Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan), Thomas Djamaluddin dalam blognya.

Mengenai dampak terjadinya di Indonesia masih dikaji dengan data yang dimiliki oleh stasiun-stasiun pengamat LAPAN. Namun demikian belum ada laporan yang terjadi akibat lontaran badai matahari tersebut.

Menurut Thomas, Flare berasal dari daerah aktif NOAA 1402 berupa bintik matahari besar di kanan atas piringan matahari dan tampak sebagai letupan terang. Adapun kelas M kelas menengah namun dampaknya cukup kuat mengarah ke bumi.

“Kelas M sebenarnya tergolong kelas menengah, tetapi karena mendekati kelas ekstrem (kelas X), maka dampaknya akan cukup kuat kalau mengarah ke bumi,” tambah Thomas.

Dijelaskan Thomas, Flare berskala M8-9  namun ada yang menyebut  M8,3 , M8,7, atau M9, tidak masalah tapi bisa dilihat dari grafik kekuatan sinar-X. Adapun pancaran sinar-X yang terekam pada satelit GOES menunjukkan peningkatan tajam sampai kelas M8-9.

CME sudah terdeteksi wahana pemantau matahari SOHO pada posisi antara bumi-matahari berjarak 1.500.000  km dari bumi atau sekitar 4 kali jarak bumi-bulan. Mengenai partikel bermuatan dari matahari itu tampak seperti hujan salju, yang berarti mengarah ke arah bumi.

Paratikel energetik itu mencapai bumi sekitar Selasa (24/1) yang berdampak menggangu operasional satelit, seperti satelit komunikasi. Kemungkinan terjadinya gangguan lainnya terhadap penggunaan telepon selular, siaran TV, komunikasi data perbankan, dan pengguna lainnya.

Dampak lainnya adalah gangguan pada ionosfer yang akan mengganggu komunikasi radio HF/gelombang pendek yang biasa digunakan oleh komunikasi jarak jauh, termasuk oleh siaran radio luar negeri seperti BBC, VOA, atau ABC.

“Navigasi berbasis satelit seperti GPS juga kemungkinan terganggu akurasinya, jadi jangan terlalu percaya pada posisi yang ditunjukkan GPS (frekuensi tunggal) kalau diduga ionosfer terganggu oleh badai matahari,” ujar Thomas. (mas/asr)

Source: http://erabaru.net/nasional/78-bencana/29239-lontaran-badai-matahari-terkuat-sejak-2005